Rabu, 03 September 2008

Puasa Penuh Makna





Lihat Kartu Ucapan Lainnya
(KapanLagi.com)

Kamis, 21 Agustus 2008

KIAT MENYAMBUT BULAN RAMADHAN

KHOTBAH NABI S.A.W. MENYAMBUT RAMADHAN

"Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh
keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya. Didalam bulan
Ramadhan dibuka segala pintu syurga dan dikunci segala pintu neraka dan
dibelenggu seluruh syaithan. Padanya ada suatu malam yang terlebih baik
dari seribu bulan. Barangsiapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam
itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan."

"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan penghulu segala bulan, maka "Selamat datanglah" kepadanya."

Wahai manusia, sesungguhnya kamu akan dinaungi oleh bulan yang senantiasa besar lagi penuh keberkatan, bulan yang Allah telah menjadikan puasanya suatu kewajiban, dan qiam dimalam harinya suatu tatawwu'.

Barangsiapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan didalamnya samalah dia dengan orang yang menunaikan sesuatu fardhu didalam bulan yang lainnya. Barangsiapa menunaikan sesuatu fardhu dalam bulan Ramadhan samalah dia dengan orang yang mengerjakan tujuh puluh fardhu dibulan lainnya. Ramadhan itu adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga. Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertulungan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukmin didalamnya.

Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, yang demikian itu adalah pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya dari neraka. Orang yang memberikan makanan itu memperoleh pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa. Allah memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan walaupun sebutir korma, atau seteguk air, atau sehirup susu. Dialah bulan yang permulaannya Rahmah, pertengahannya ampunan, dan akhirnya kemerdekaan dari neraka. Barangsiapa yang meringankan beban seseorang (yang membantunya) niscaya Allah mengampuni dosanya. Oleh itu banyakkanlah yang empat perkara dibulan Ramadhan.

Dua perkara untuk mendatangkan keredhaan Tuhanmu dan dua perkara lagi kamu sangat menghajatinya. Dua perkara yang pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya tiada tuhan melainkan Allah dan mohon ampun kepada-Nya.

Dua perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon surga dan
perlindungan dari neraka. Barangsiapa memberi minum orang yang
berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepadanya dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya, sehingga dia masuk kedalam surga."

(H.R.Ibnu Khuzaimah)



Sebagai seorang muslim seyogianya kita tidak menyia-nyiakan “musim ibadah” dan hendaknya kita termasuk orang-orang yang berlomba untuk memanfaatkan musim ibadah tersebut.

“… dan dalam hal itu, maka hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Muthaffifun: 26)

Pada dasarnya, orang-orang yang berkeinginan mulia serta mengikuti jejak semangat kaum salafus saleh akan sangat intensif memanfaatkan musim ibadah tersebut. Dan bagi kita dalam diri Rasulullah saw. Terdapat teladan yang bagus.

Karena itu, Semangatlah menyambut bulan Ramadhan sebegai kesempatan emas untuk melakukan ibadah kepada 4JJI dengan hal-hal berikut Ini:

1. Gembira dan Bahagia dengan Datangnya Ramadhan

Di dalam hadits sahih disebutkan bahwa Rasulullah saw. Memberikan kabar gembira kepada sahabat-sahabatnya dengan datangnya bulan Ramadhan:

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh diberkahi 4JJI di dalamnya. Di mana 4JJI menurunkan rahmat, menghapuskan kesalahan-kesalahan dan memperkenankan doa, serta melihat kamu dalam berlomba-lomba di dalamnya, lalu Dia membanggakan kamu kepada malaikat. Maka perlihatkanlah dirimu kepada 4JJI dengan kebaikan. Sebab sesungguhnya orang yang celaka adalah orang yang terhalang dari rahmat 4JJI di dalamnya.”

Janji 4JJI dan seruan Rasulullah saw. itu dimaksudkan untuk memasukkan rasa senang dan bahagia dalam jiwa para pendengarnya.

2. Memperbanyak Do’a

Karena bulan Ramadhan itu bulan yang penuh berkah, hendaknya kita memohon kepadaNya agar dapat sampai pada bulan Ramadhan dalam keadaan sehat. Dengan nikmat kesehatan, kita akan mampu menjalani ibadah, baik itu puasa, tarawih, dzikir, dll. Sebab, betapa banyak orang yang menunggu Ramadhan, lalu datang ajal sebelum datangnya Ramadhan.

3. Memahami Ilmu dan Hukum Puasa Ramadhan

Hukum-hukum yang berkaitan dengan puasa Ramadhan termasuk ilmu yang tidak boleh tidak harus dipahami oleh setiap muslim.

“Dan sesungguhnya puasa Ramadhan adalah kewajiban bagi setiap individu, dan dengannya dia harusmengetahui tentang hal-hal yang menjadikanny sempurnanya puasa dan yang merusak nilai-nilai puasa. (Ibnu Abdilbar)

Karena itu, sambutlah puasa itu, dengan mempelajari kitab-kitab yang bermanfaat dan memperjelas apa yang ingin kita ketahui tentang hukum-hukum yang berkaitan dengan bulan suci ini. Dan hendaknya juga berupaya mengajarkan hukum-hukum tersebut kepada keluarga dan lingkungan tetangga yang belum mengetahuinya agar memperoleh hikmah.

4. Menyusun Program Aktivitas Ramadhan

Jika sudah berlalu, Ramadhan tidak akan kembali, kecuali kita masih diberi kesempatan hingga tahun depan. Karena itu, jangan sampai terlewatkan dengan sia-sia. Untuk mengisinya, lakukanlah aktivitas-aktivitas yang akan mampu merealisasikan tujuan puasa Ramdhan (menjadi takwa)









Pendidikan Jiwa

Beberapa metode pendidikan jiwa yang dilakukan oleh tabi’in, yaitu sebagai berikut.

1. Takut kepada Allah dan Menahan Jiwa dari Maksiat

Allah swt. berfirman, “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (an-Naazi’aat: 40—41)

Imam Qurthubi menuturkan perkataan Mujahid untuk mengomentari firman Allah pada ayat ini, “Yaitu takutnya di dunia kepada Allah azza wajalla ketika berada di lembah-lembah dosa dan ia terperosok di dalamnya. ‘Dan menahan diri dari keinginan hawa nafsu’, yaitu menahan dari maksiat-maksiat dan hal-hal yang diharamkan.”

Hawa nafsu yang ganas dan keras menutupi fungsi akal dan mengendalikannya. Dibutuhkan kekuatan yang besar untuk menghancurkannya, yang berpusat pada takut kepada Allah, takut dengan terbukanya segala kesalahan di hari kiamat, takut dengan kesengsaraan di dunia dan akhirat. Demikianlah bagaimana para tabi’in mendidik jiwa mereka dan mengikutinya dengan takut kepada Allah, bersama dengan itu disertai rajaa` ‘mengharap’ ampunan dan rahmat-Nya. Dan hal itu terealisasi dengan mempelajari ilmu-ilmu tentang akhirat; mulai permasalahan alam kubur sampai masuk tempat akhir: surga atau neraka. Pembelajaran yang terperinci terhadap hal-hal yang berhubungan dengan akhirat membantu untuk menanamkan rasa takut di dalam jiwa.

2. Membentuk Jiwa yang Sabar

Allah swt. berfirman, “Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya.”(al-Kahfi: 28)

Jiwa asalnya cenderung menyuruh kepada kejahatan, dan di antara karakteristiknya enggan beriltizam dan terikat, tetapi senang berpindah-pindah dan lepas dari kendali, walau kendali itu bermanfaat baginya di akhirat. Jiwa juga tidak suka diperintah seseorang terhadap yang dibencinya, atau membatasi gerakannya. Oleh karenanya, ia memberi kecintaan pada pemiliknya untuk santai dan berleha-leha.

Diriwayatkan dari Imam Basyar al-Hafi r.a., ia berjalan bersama seseorang di jalan, kemudian temannya itu merasa haus, maka ia berkata kepadanya, “Kita minum dari air sumur ini?” Maka Imam Basyar berkata, “Sabarlah sampai sumur yang lain.” Dan ketika mereka sampai di sumur yang dimaksud, Basyar berkata kepadanya lagi, “Nanti sampai sumur yang lain.” Dan ia terus mengulanginya. Kemudian ia menoleh kepada temannya itu dan berkata, “Demikianlah kita memutuskan dunia.”

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengomentari kejadian ini dengan berkata, “Siapa yang memahami keberadaan ini, ia akan mengungkapkan alasan untuk tidak melakukan sesuatu dan berlemah lembut kepadanya, dan menjanjikan yang indah untuk menjadikan kesabaran atas apa yang telah diemban. Sebagaimana beberapa ulama salaf mengatakan kepada jiwanya yang menyuruh kepada yang jahat, ‘Demi Allah aku tidak ingin melarangmu dari yang kamu sukai ini kecuali karena ingin mengendalikan keinginanmu yang buruk.’”

Pengendalian ini merupakan azab Allah ta’ala terhadap hawa nafsu. Dan ini adalah salah satu faktor yang mendorong para sahabat r.a., kemudian para tabi’in untuk memerangi jiwa, dari yang tidak disenangi dengan larangan, terhadap apa yang dikehendaki dan dicintai hawa nafsu.

3. Mengendalikan Nafsu

Nabi saw. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari, “Surga ditutupi (dihijab) dengan hal-hal yang dibenci, dan neraka ditutupi dengan syahwat-syahwat.” (HR Bukhari)

Dalam riwayat Bukhari, surga seolah menjadi tertutup dengan hijab, dan hijab ini bukan dari kulit atau sutera atau jenis-jenis kain penutup lainnya, tetapi ia terhijab dari hal-hal yang dibenci. Oleh karenanya, itu bukan satu penutup tetapi banyak. Dan hijab yang beragam dengan corak-corak yang beragam, serta warna-warni yang berbeda, karena pada setiap musibah ada warna tersendiri, pada setiap ujian ada corak tersendiri. Maka, tidak mungkin seorang mukmin sampai ke surga, kecuali dengan menyingkap hijab-hijab ini seluruhnya.

Penyingkapan hijab-hijab itu terkadang membutuhkan waktu yang lama. Secara tersendiri, ini adalah usaha “mengendalikan jiwa” yang terkadang melenceng di sepanjang jalan. Dan sulitnya menyingkap hijab-hijab dari hal-hal yang dibenci ini, acap kali mendorong pemiliknya untuk bermalasan dan santai. Ridha terhadap aib yang ada pada jiwa mereka dan atas apa yang diajukan untuk akhirat, tanpa adanya tambahan.

Pengendalian tidak disukai jiwa dan juga tidak selaras dengannya, tetapi kita tidak mempunyai pilihan lain, kecuali melakukan metode ini, jika kita menginginkan barang dagangan Allah yang mahal (surga), walau jiwa kita tidak biasa mengikuti metode ini; sebagaimana jiwa-jiwa generasi pertama dan para tabi’in yang terbiasa pada kebaikan; sebagaimana ditunjukkan Imam yang konsiten, Amirul Mukminin dalam ilmu hadits, Abdullah ibnul Mubarak ketika ia berkata, “Orang-orang saleh pada masa lalu, jiwa mereka selalu mengikuti kebaikan dengan sendirinya, sedangkan jiwa kita hampir selalu mengikuti yang dibenci. Oleh karenanya, kita harus membenci jiwa yang mengajak kepada yang dibenci.”

4. Menjaga dari Sifat Kikir

Allah swt. berfirman, “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (al-Hasyr: 9)

Imam al-Qurthubi berkata, “Kikir dan bakhil (asy-syukh dan al-bukhl) adalah sama. Beberapa ahli linguistik mengatakan bahwa kikir (asy-syukh) lebih keras daripada bakhil (al-bukhl).” Namun yang benar, “Kikir adalah bakhil dengan sangat tamak. Dan yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kikir dengan zakat yang bukan wajib, seperti silaturahmi, menghormati tamu, dan yang sejenis dengan itu. Dan bukan termasuk kikir atau bakhil yang menginfakkan untuk hal itu. Dan barangsiapa yang merasa luas jiwanya dan tidak berinfak terhadap apa yang telah kami tuturkan dari zakat-zakat dan ketaatan-ketaatan tersebut, maka ia tidak dipelihara dari kekikiran.”

Dengan pemahaman yang menyeluruh ini, Imam al-Qurthubi mendefinisikan kikir. Jika demikian, kikir tidak seperti yang dipahami orang-orang bahwasanya kata mereka ia adalah khusus yang diinfakkan manusia pada zakat yang wajib, dan sedekah kepada orang-orang fakir dan miskin serta orang-orang yang membutuhkan, tetapi ia menyeluruh, meliputi infak dalam ketaatan-ketaatan dengan seluruh jenisnya. Dan, yang paling buruk dari jenis ini adalah kekikiran jiwa pada larangannya untuk mengerjakan amal-amal ketaatan yang dapat mendekatkannya menuju surga.

Dan kikir termasuk sifat utama jiwa, yaitu jiwa yang menahan pemiliknya dari segala yang mendekatkan kepada Allah swt. dan yang mengantarkannya ke surga. Juga sebaliknya, ia tidak mencegah pemiliknya untuk memberikan pada syahwat dan hawa nafsu yang menjauhkan dari Allah ta’ala, serta untuk mendekati neraka-Nya. Dan barangsiapa yang mampu melawan dan mengalahkan atas apa yang diinginkan dari keengganan melakukan amal-amal kebaikan, ini akan menyampaikannya kepada rahmat Allah menuju surga dan ia termasuk orang-orang yang menang.

5. Tawakal

Dari Muhammad bin Abi Imran berkata, “Aku mendengar Hatim yang tidak dapat mendengar ditanya seseorang, ‘Dengan apa engkau membangun perkaramu dalam bertawakal kepada Allah?’ Ia berkata, ‘Pada hal-hal berikut: aku tahu bahwa rezekiku tidak akan dimakan oleh selainku, maka tenanglah jiwaku; Aku tahu bahwa amalku tidak akan dikerjakan oleh selainku, maka aku sibuk dengannya; Aku tahu kematian pasti mendatangiku kapan saja, maka aku berisap-siap untuk itu; Aku tahu, aku tidak pernah lepas dari pandangan Allah di mana pun aku berada, maka aku malu kepada-Nya jika terlihat sedang melakukan maksiat.’”

Para ulama berbeda pendapat mengenai makna tawakal. Namun, pendapat mereka semua bermakna menyerahkan segala sesuatu kepada Allah ta’ala dan dengan keyakinan atas kekuasaan-Nya dapat memenuhinya, juga dengan menampakkan sebab-sebab untuk mendapatkan sesuatu yang dimaksud (ikhtiar), serta melepaskan diri dari bergantung pada sebab-sebab itu, dan bergantung pada yang menjadikan sebab-sebab itu, Dialah Allah ta’ala. Empat hal yang dituturkan seorang zahid, Abi Hatim yang tidak dapat mendengar, adalah bukan definisi tawakal, tapi itu adalah dasar budi pekerti yang dibangun ulama dalam hal tawakal.

6. Introspeksi Diri

a. Menghinakan Jiwa yang Menyuruh pada Kejahatan

Introspeksi ini tidak mungkin dimulai tanpa perhatian dan siaga terhadap gerak-gerik jiwa ini. Menghinakannya sebelum dihinakan oleh orang-orang lain dan sebelum mencari aib-aib mereka. Dan, ini adalah pintu masuk untuk mengintrospeksi jiwa yang diperingatkan seorang zahid, ahli ibadah, Abu Sulaiman ad-Darani, ketika ia ditanya Ahmad bin Abil Hiwari: “Fulan dan si fulan tidak berada dalam hatiku (baca: tidak aku sukai).” Ahmad bin Abil Hiwari berkata, “Dan tidak pula pada hatiku. Tetapi semoga kita datang dari hatiku dan hatimu; dan kita tidak mempunyai kebaikan dan bukannya kita tidak mencintai orang-orang saleh.”

b. Musuh yang Bodoh

Kalau Imam ad-Darani memperingatkan Ibnu Abil Hiwari saja, Yahya bin Mu’adz memperingatkan sekelompok pengikutnya dengan keteladanan, di mana ia berkata kepada mereka, ”Di antara kebahagian manusia adalah memberikan pemahaman kepada musuhnya, tapi musuhku tidak mempunyai pemahaman.” Dikatakan kepadanya, “Siapakah musuhmu?” Ia menjawab, “Jiwaku yang menjual surga yang di dalamnya terdapat kenikmatan yang abadi dengan syahwat yang hanya sesaat.”

Musuh yang bodoh ini berbahaya bagi jiwa, ketika menghiasi manusia dengan kepalsuan dunia, menghiasi dan mempermudah untuk melakukan syahwat-syhawat, serta meremehkan hakikat suatu kejahatan. Inilah peperangan seorang mukmin dengan jiwanya yang menyuruh berlaku jahat dan yang melupakannya terhadap nikmat-nikmat surga, juga menutup mata kepadanya, dan mengutamakan baginya kenikmatan dunia yang sementara.

c. Selalu Siaga

Ia menghinakan jiwanya dalam setiap keadaan dan tidak meninggalkan tempat bernafas yang ia bisa bernapas di dalamnya. Tidak juga memberi kesempatan untuk berburu di dalamnya dan menutup seluruh sektor-sektor yang luas di mana jiwa dapat berkeliling dan mendapatkan tempat untuk melakukan kejahatan. Namun, generasi sekarang tidak mempunyai kesiagaan seperti generasi tabi’in.

d. Jenis Introspeksi yang Lain

Orang tidak menyangka bahwa introspeksi terbatas pada introspeksi terhadap maksiat dan peremehan terhadap bahaya maksiat atau yang sejenis dengannya. Padahal, introspeksi meliputi berbagai hal, sampai pada ketaatan, ketika takut keistiqamahan pada jalan ini terpengaruh dengan perasaan bangga diri yang melupakan pemberi taufik, Allah swt. dan meremehkan orang lain dari kebenaran. Inilah jenis introspeksi yang diungkapkan kepada kita dari Ibrahim bin al-Asy‘ats dari ‘Abidil Haramain (Imam Malik) dalam khalwat (menyendiri) bersama jiwanya.

Wallahu a’alam bish-shawwab.
dikutip dari buku : Madrasah Pendidikan Jiwa

TASAWUF




Shalat dengan Hati Khusyu

Apabila fajar sidiq telah terbit, maka bersegeralah melaksanakan Shalat Fajar, lalu fardlu Shubuh dengan hati yang khusyu. Pahamilah makna setiap bacaan tersebut. Dirikanlah shalat dengan sempurna sesuai dengan sunah Nabi SAW, kaifiyah dan adab-adabnya. Yang sangat penting adalah dengan khusyu.

Para ulama berbeda pendapat tentang pengertian khusyu, ada pendapat yang menyebutkan, bahwa khusyu dalam shalat dapat diperoleh dengan memejamkan mata, merendahkan suara dan tidak menoleh ke kiri dan ke kanan. Pendapat lain mengatakan, apabila shalat telah dimulai hendaklah tidak memperdulikan sekelilingnya, atau merasa tidak ada orang di kanan atau kirinya. Pendapat yang paling tepat adalah yang mengatakan bahwa khusyu adalah berkumpulnya perasaan takut dan merasa kuatir berpaling dari keadaan yang bukan shalat. Sebab khusyu adalah perbuatan badan dan hati.

Oleh sebab itu kekhusyuan itu akan diperoleh dengan hadirnya hati ketika shalat, pikiran yang terkonsentrasi secara penuh. Orang yang sedang shalat harus merasakan bahwa Allah selalu berada di hadapannya, menilai seluruh perbuatan dan ucapannya, dan mengetahui semua yang nampak dan dirahasiakan.

Hadirnya hati orang yang shalat di hadapan Allah menunjukkan keberadaanya dan penyerahannya sepenuh hati dan jiwa. Sehingga saat itu tinggallah dirinya sendiri di hadapan Dzat Yang Maha Mengetahui. Itulah cara shalat yang sebenarnya. Allah SWT selalu hadir serta menyirami orang yang shalat dengan rahmat-Nya disaat ia mengerjakannya dengan khusyu.

Hudlur

Dalam melaksanakan semua shalat wajib atau sunat, hendaklah diusahakan agar terjadinya hudlur (hadirnya hati), selama melakukan shalat. Sebab hanya dengan cara inilah seorang hamba akan mendapatkan keutamaan. Nabi SAW bersabda : "Sesungguhnya nilai shalat seseorang, bukan dinilai dari seperenam atau seperpuluh dari shalatnya itu, melainkan yang dinilai adalah yang dapat ia hayati dari shalatnya itu". Hadits yang semakna diriwayatkan pula oleh Abu Dawud.

Hasan al-Bashry berkata : "Shalat yang dikerjakan dengan kehadiran hati akan lebih membuat perasaan sangat tersiksa". An-Naisabury berkata : "Shalat itu mempunyai empat konsentrasi yaitu, khudlur, syuhud, khudlu dan khusyu." Khudlur adalah perilaku tubuh orang yang tidak menghadirkan dirinya ketika shalat dia termasuk orang yang lalai. Barangsiapa yang tidak syuhud hatinya, ia termasuk orang yang hanya bermain-main. Barangsiapa yang tidak khudlu dengan rukun-rukun shalat, maka ia termasuk orang yang lemah. Barangsiapa yang tidak khusyu maka ia termasuk orang yang sendirian, tidak merasa adanya kehadiran Allah bersamanya.

Allah SWT berfirman : "Sungguh berbahagialah orang-orang mukmin, yaitu orang-orang yang khusyu dalam shalatnya". Sangat perlu untuk diingat bagi orang yang shalat, bahwasannya Allah adalah Dzat yang selalu memperhatikannya, hadir menyaksikan keadaannya di waktu shalat serta takutlah pada Allah bila melihat hatinya sedang lalai ketika shalat karena kelalaian seperti itu adalah sejelek-jelek perbuatan.

Kisah-kisah Indah.

Seorang guru Thariqat mengisahkan bahwa pada suatu malam ia mengerjakan shalat beberapa rakaat, lalu ia tidur. Dalam tidurnya ia bermimpi melihat sebuah istana yang besar dan tinggi. Ia sangat kagum melihat bangunan istana itu. Dalam hatinya ia berkata, "Aduhai untuk siapa kiranya bangunan istana ini? Siapakah pemiliknya?". Tiba-tiba ia mendengar suara jawaban, "Sesungguhnya istana ini adalah milikmu, dari pahala beberapa rakaat shalatmu semalam". Iapun berjalan mengelilinginya melihat-lihat keindahan istana itu.

Tiba-tiba ia melihat dua buah kubah yang telah jatuh. Dalam hati ia berkata, "Alangkah indahnya apabila dua kubah ini tetap berada di tempatnya". Terdengarlah kembali suara yang sama, "Sesungguhnya dua buah kubah itu semula masih berada di tempatnya, namun ketika shalat tadi malam, hatimu sedikit berpaling, sehingga jatuhlah dua kubah itu".

Rabi'ah al-Adawiyah, pada suatu malam melakukan shalat beberapa rakaat, lalu ia tidur. Dalam tidurnya ia melihat sebatang pohon yang indah subur menghijau, daunya rimbun, ranting-rantingnya kokoh, sangat banyak dan teratur. Buah-buahnya pun tampak begitu lebat. Yang sangat mengherankan adalah bahwa buah-buah tersebut berbentuk buah dada wanita. Pohon itu mengeluarkan sinarnya di waktu siang seperti matahari, dan di waktu malam seperti rembulan. Maka Rabi'ah al-Adawiyah bertanya dalam hati, "Siapakah gerangan pemilik pohon itu". Lalu terdengarlah jawaban, "Sesungguhnya pohon itu untukmu, sebagai anugerah dari shalatmu tadi malam". Ia berjalan-jalan di bawah rimbun pohon itu, ketika dia menemukan beberapa buahnya telah jatuh berwarna kuning emas murni, hati Rabi'ah al-Adawiyah berkata, "Alangkah indahnya jika buah-buah yang bagus ini tetap berada di rantingnya dan bergantungan di sana. Sungguh akan terlihat begitu indah". Lalu terdengarlah suara yang menjawab, "Ketahuilah bahwa sesungguhnya buah-buahan ini semula berada di tempatnya. Namun ketika engkau mengerjakan shalat pikiranmu tergoda oleh pekerjaan dapurmu pada roti yang sedang engkau kukus maka jatuhlah buah-buah itu terlepas dari rantingnya".

Shalat Berjamaah

Perhatikanlah shalat berjamaah jangan engkau tinggalkan keutamaannya. Sungguh indah hidup bersama ketika berada dalam satu jamaah. Buat apa mendalami pelajaran, bila yang utama dikesampingkan. Jikalau jamaah ditinggalkan mudahlah dirimu diterkam serigala, karena melihat engkau berdiri sendirian. Itulah sunah Nabi SAW yang hidup sepanjang masa.

Janganlah meninggalkan shalat berjamaah, karena pahalanya besar dan berlipat ganda. Diriwayatkan dari hadits Nabi Muhammad SAW bahwa pahala shalat berjamaah dilipatkan hingga 25 atau 27 kali lipat. Sabda beliau, "Tiadalah tiga orang di suatu kota atau desa tidak mendirikan shalat berjamaah melainkan mereka akan dikalahkan oleh setan, sebab akan mudah bagi serigala menerkam seekor kambing yang terpisah dari kelompoknya". (HR. Abu Daud dan Nasai, dan disahihkan oleh Ibnu Hiban dan al-Hakim).

Rasulullah SAW bersabda pula : "Shalat satu orang, bersama satu orang lagi lebih utama daripada shalat sendirian. Shalat bersama dua orang lebih utama daripada shalat bersama satu orang. Sedangkan shalat bersama banyak orang sangat disukai oleh Allah" (HR. Abu Daud dan lainnya, disahihkan oleh Ibnu Hibban).

Sebagian ulama mengatakan bahwa jika shalat jamaah telah usai dikerjakan, maka Allah SWT memperhatikan hati dan keiklasan, lalu Allah menurunkan ridla-Nya kepada para jamaah itu, menerima shalat dan mengampuni dosa-dosa mereka. Jika kebaikan dan keiklasan tidak ditemukan pada hati imamnya, maka Allah melihat hati para makmumnya. Jika dalam hati salah seorang makmum itu ditemukan kebaikan dan keikhlasan maka Allah ridla dan menerima shalat mereka semuanya. Jika tidak ditemukan kebaikan-kebaikan tersebut, maka Allah melihat kaifiyah shalatnya, berdiri, ruku dan sujudnya, lalu Allah pun menurunkan keridlaan-Nya, mengampuni dosa-dosa mereka."

Diriwayatkan pula dari sabda Nabi SAW, bahwa Allah SWT menciptakan sebuah kota di surga yang dinamakan Madinatul Jalal. Di dalam kota itu terdapat bangunan istana yang bernama al-Uzmah. Di dalam istana itu terdapat kamar-kamar yang berisi yang diberi nama Baiturrahman. Setiap kamar berisi empat ribu tempat tidur dengan empat ribu Bidadari. Di dalam kota surgawi itu terdapat banyak hal yang belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, terlintas pada pikiran, atau pun terbetik dalam hati. Ditanyakan : "Ya Rasulullah untuk siapakah semuanya itu?" Beliau menjawab : "Itulah buah bagi orang-orang yang mendirikan shalat lima waktu dengan berjamaah."

Dalam ungkapan syair berhubungan dengan shalat berjamaah ini salah satu untaiannya berbunyi "Walima Ta'allum" artinya Untuk apa mempelajari ilmu apabila meninggalkan keutamaan sebagian pokok perdagangan di akhirat. Karena buah dari ilmu yang bermanfaat adalah dengan mengamalkannya. Itulah keutamaan shalat berjamaah di masjid. Kecuali jika berhalangan, maka boleh dilaksanakan di rumah bersama keluarga.

Kisah Teladan

Dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki buta yang amat rajin mengerjakan shalat berjamaah. Pada suatu hari ia datang ke masjid untuk shalat berjamaah tanpa ada yang menuntunnya. Di tengah perjalanan ia terpeleset lalu jatuh, hingga kepalanya terluka. Ketika ia diangkat oleh jamaah lain pulang ke rumah, isterinya marah-marah seraya mengatakan bahwa orang seperti dia tidak wajib berjamaah di masjid. Laki-laki itu menanggapi kemarahan isterinya dengan kelembutan dan kasih sayang. Dia berkata: "jika Allah memberi cahaya di mata hatiku, mengapa aku tidak boleh berjamaah di masjid?". Pada suatu malam ia bermimpi berjumpa dengan Nabi SAW, lalu beliau bersabda : "Mengapa engkau berbeda pendapat dengan isterimu?". Ia menjawab, "Karena aku ingin mengikuti sunahmu ya Rasulullah!", Nabi pun mengusapkan kedua telapak tangannya ke permukaan mata orang buta tersebut, dan saat itu pula matanya pulih kembali dan dapat melihat sebagai barakah Nabi dan Sunah Rasul yang telah dia kerjakan.

Mudah-mudahan kita semua mendapat pertolongan dari Allah, diberi kekuatan melaksanakan shalat berjamaah dan memakmurkan masjid, serta menjauhkan kaum muslimin dari kemalasan mendirikan shalat berjamaah.


Membaca Wirid dan Dzikir

Selesai mendirikan shalat Shubuh dengan menjaga seluruh adab shalat sebagaimana sudah dijelaskan maka ikutilah dengan mewirid dzikir, tasbih, tahmid, tahlil dan doa. Demikian juga membaca ayat-ayat Al-Qur'an yang telah mashur keutamaannya, hingga terbit matahari.

Hujjatul Islam Al-Ghazali mengatakan, "Sesungguhnya waktu fajar, sebelum terbitnya matahari adalah waktu yang utama". Tanda keutamaannya adalah seperti firman Allah SWT berikut ini, Wasshubhi Idzâ Tanaffas, artinya : "Dan demi Shubuh apabila fajarnya mulai menyingsing." (QS. At-Takwir : 18).

Faliqul Ashbah, "Dialah yang menyingsingkan pagi." (QS. Al-An'âm : 96). "Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih juga di malam hari dan di siang hari, agar kamu mendapat keridlaan Allah". (QS. Thâha : 130).

"Dan berdzikirlah kepada Allah Tuhanmu di waktu pagi dan sore". (QS. Al-Insân : 25).

Apabila telah jelas keutamaannya seperti ini maka hendaklah para hamba Allah duduk (berzikir) dan tidak berbicara hingga matahari terbit.

Ada empat hal yang utama sekali diamalkan sebelum matahari terbit.

1. Mengadakan introspeksi diri (muhasabah) serta menghidupkan cita-cita untuk melaksanakan amal, mengingat kembali perbuatan dosa yang pernah dilakukan, diikuti dengan amal ibadah dan berniat memperbanyak amalan pada hari-hari selanjutnya.
2. Bertafakur untuk sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya agar tampak nikmat-nikmat Allah yang telah dianugrahkan kepadanya. Agar makrifat tasyakkurnya bertambah. Terus menerus mengingat Allah merupakan ibadah karena pada dasarnya itulah makna dzikir kepada Allah.
Bertafakur itu sendiri akan menghasilkan dua hal. Yakni akan meningkatkan makrifat karena tafakkur merupakan kunci makrifat dan kasyaf. Akan meningkatkan rasa mahabbah, karena kecintaan itu tumbuh hanya kepada yang diagungkan. Sedangkan keagungan Allah dan keluhuran-Nya tidak akan terbuka kecuali dengan mengetahui sifat-sifat-Nya. Dengan tafakur akan memperoleh makrifat, dengan makrifat akan mendapatkan ta'zhim, dengan ta'zhim akan memperoleh mahabbah.
3. Tata cara berwirid adalah tidak berbicara ketika subuh, menghadap kiblat, mengadakan muraqabah, lalu membaca tahlil. Ada yang dengan cara mengucapkan kalimat Lâ Ilâha Illallâh di dalam hati, seakan-akan dari hati suci ini keluar cahaya Allah. Menggerakkan leher ke kiri dan ke kanan, diikuti dengan mengucapkan kalimat Illallâh dari kedalaman hati, seakan-akan cahaya Allah masuk ke dalamnya.
Dengan melaksanakan tahlil seperti tata cara tersebut, dapat diketahui adanya nar sebagai api pembersih hawa nafsu, dan nur cahaya yang menerangi hati. Nur sebagai cahaya dzikrullâh, nar api pembakar hawa nafsu dan kelalaian manusia untuk berdzikir. Apabila nur itu telah menguasai hati, maka ia akan memberikan cahaya cemerlang meliputi seluruh permukaan hati.
Apabila hati sudah dibersihkan dari sifat-sifat yang tercela lalu terhias dengan sifat-sifat terpuji, maka nar itu akan berlipat ganda terangnya, kelak akan membentuk manusia musyâhadah sebagai karunia besar dari Allah. Itulah buah dari dzikir yang terus menerus diwiridkan.
Dengan zikir hati manusia akan terang benderang , menjadi segar dan longgar. Hilang rasa sedih, lalu hati menjadi lunak. Maka hilanglah bermacam-macam penyakit hati yang biasanya membelenggu manusia, karena sifat-sifat manusiawi yang biasa merongrong hingga sakit dan menderita.
4. Demikian juga dengan banyak membaca shalawat, akan membuat hati menjadi gembira, meneranginya dengan cahaya Allah dan berkah Nabi Muhammad SAW. Melanggengkan shalawat Nabi, baik diucapkan secara lahiriah atau batiniah akan memberi dorongan hamba Allah untuk senantiasa mensucikan hati dan jiwanya dari godaan hawa nafsu.

Shalat Isyraq

Shalat Isyraq dilakukan pada pagi hari, setelah matahari naik kira-kira empat hasta. Shalat Isyraq ini bukan shalat Dhuha. Dilakukan sebelum mengerjakan shalat Dhuha, sebanyak dua rakaat. Ini adalah amalan para sufi yang dilakukan secara rutin. Pada rakaat pertama setelah membaca surat al-Fâtihah, lalu membaca ayat-ayat Al-Qur'an surat an-Nûr ayat 35. (Allâhu Nûrus Samâwâti wal Ardh).

Pada rakaat kedua, setelah membaca al-Fâtihah, diikuti dengan membaca surat an-Nûr ayat 36-38. (Fî Buyûti Adzinallâh).

Para ulama berbeda pendapat tentang shalat Isyraq, apakah sama dengan shalat Dhuha atau tidak. Sebagian ulama berpendapat tidak sama dengan shalat Dhuha. Yang lain berpendapat sama dengan shalat Dhuha.

Setelah melaksanakan shalat Isyraq, lalu membaca Al-Qur'an untuk mendapat nasihat dari Kitab Suci, yang akan diperoleh dengan membaca secara tadabbur. Dalam membaca Al-Qur'an ini pun hendaklah dengan adab dan tata cara pula. Seperti tidak lalai dan tenang, suci, serta menghadap kiblat. Memakai pakaian yang sopan dan bersih, umpamanya berpakaian kebesaran Ulama, seperti mengenakan sorban di kepala dan berbaju jubah. Dikerjakan dengan sungguh-sungguh, khusyu, seakan-akan berdialog dengan Allah SWT, atau seakan-akan ia sedang menerima dan menelaah firman-firman Allah dan membahas kenikmatan Allah kepada dirinya. Nabi SAW bersabda : "Bacalah Al-Qur'an dan menangislah. Jika tidak dapat menangis, maka berusahalah untuk menangis."

Demikian juga dalam membaca Al-Qur 'an hendaklah dengan tartil. Sebab tartil itu akan menghidupkan rasa tadabbur. Tartil artinya membaca semua huruf dengan jelas, memisahkan satu huruf dengan huruf lainnya, dan membaca setiap huruf sesuai dengan makhrajnya. Demikian juga menempatkan waqaf pada tempatnya masing-masing.


Rabu, 13 Agustus 2008

Jatuh Cinta Disaat Yang salah

Jatuh Cinta di Saat Yang Salah


Oleh Muhammad Bahaur Rijal
sumber:eramuslim. com


Mas, aku sangat mencintaimu, aku tidak pengen kehilangan kamu, aku pengen kita menjadikan ujung tombak sebagai terminal akhir hubungan kita, dalam artian kita bisa menjalin hubungan yang serius dari pada ini. Ungkapannya itu tertulis ketika saya membuka inbox di email saya. Saya pun bingung bagaimana membalas email itu, karena berbagai kebimbangan yang masih terngiang-ngiang dalam otak ini, apa saya tak bisa memilih perempuan yang selain dia, dengan ucapannya itu berarti saya tak ada pilihan lain kecuali harus menikahi dia. Tapi saya merasa kurang mantap dengan dirinya, setelah saya tahu kalau dirinya bukan seperti calon isteri yang saya idam-idamkan.
.
Sepulang dari warnet membuatku berfikir tentang hubungan ini, apakah saya lebih baik memutuskan hubungan ini, atau apakah saya harus hidup dengan keterikatan yang tidak saya senangi dan memaksa diri ini untuk menjadi pendamping setia dengan kekasih yang tidak saya kagumi, Sementara kalau saya memutuskan hubungan ini, berarti saya harus menyakiti hatinya, dan tentunya si dia akan benci pada saya dan berbagai macam masalah tentu akan saya dapati. Akhirnya saya tertidur dengan kebimbangan yang masih tersisa.
Saya memang bukan lah seorang hamba yang taat kepada-Nya, hasrat yang di miliki anak dewasapun saya tidak bisa mesikapinya sebagai hamba Allah yang taat terhadap apa yang di perintahkan- Nya kepada kita, dulu sebelum keberangkatan saya ke negeri Kinanah ini saya sempat kenal dengan seorang gadis yang sekilas tampak anggun, cantik dan menawan, ia menarik hati saya, tanpa berfikir panjang saya pun akhirnya jadian sama si dia, sampai akhirnya hubungan itu berakhir dengan kabar keberangkatan saya ke Mesir. Tapi itupun tak membuat hubungan kita putus di tengah jalan.
Waktu semakin berjalan, dan detik pun semakin berlalu, setahun rasanya seperti satu hari, hubungan ini pun masih tetap bertahan, tapi banyak hal yang baru saya sadari saat di sini, setelah hari-hari yang saya lewati sibuk bergelut dengan khazanah Islam, dan banyak mengikuti talaqqi (artinya pengajian). Di sela-sela pergaulanku dengan para teman-teman sefakultas, hasrat untuk mempunyai isteri yang shalihah pun mulai ada, karena bagaimanapun isteri shalihah adalah isteri idaman setiap manusia yang selalu bisa menyenangkan si suaminya begitu ucap salah satu temanku. Saya pun sadar betapa kekasih hati yang saya punyai saat ini sungguh kriteria yang ada pada dirinya jauh dari harapan, ah, saya pengen isteri shalihah, gumamku dalam hati. Sejak saat itu saya sangat menyesal dengan ulahku di masa dulu yang seenaknya saja mengajak jalan seorang wanita, tanpa batasan apapun dan tanpa berfikir akibat yang akan saya alami.
Saat itu saya baru sadar ternyata saya terjatuh dalam buaian cinta pada saat yang salah. Dan Islam lah yang benar, ia mensyariatkan kepada kita semua akan pernikahan dan tidak ada pacaran sebelum resmi menikah, itulah hikmah kenapa Islam mensyariatkan khitbah, agar si laki-laki dan wanita bebas memilih apa dia saling suka apa tidak, sehingga apa bila salah satu tidak suka tidak apa, toh kehormatan si wanita juga akan tetap terjaga, begitu juga dengan hubungan silaturrahmi keduanya. Hal ini berbeda dengan pacaran dahulu kemudian menikah, ketika pernikahan gagal menjawab terminal akhir hubungan mereka, malah tak jarang akan menjadi bibit permusuhan antara keduanya, dan si wanita juga kehormatannya sudah tidak terjaga lagi.
Masa muda adalah masa di mana hasrat untuk mencinta dan dicintai mulai tumbuh dalam diri mereka, dan itu memang hasrat yang telah di gariskan oleh-Nya kepada kita semua. Tapi bukan lantas saat kita di beri anugerah itu, kita bisa berbuat semau kita dan seenak kita, Allah menggariskan kepada kita aturan yang musti kita kerjakan agar kita tidak menyesal dan kita tidak rugi di masa depan, seperti yang saya alami saat ini. Dan pada akhirnya lebih baik menunggu dari pada menanti hal yang tidak pasti akan terjadi, lebih baik mengisi masa muda dengan hal yang bermanfaat untuk masa depan kita.

[Mata adalah penuntun, dan hati adalah pendorong dan penuntut. Mata memiliki kenikmatan pandangan dan hati memiliki kenikmatan pencapaian. Keduanya merupakan sekutu yang mesra dalam setiap tindakan dan amal perbuatan manusia, dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain]







"KISAH YANG MUNGKIN NYATA"

Seperti biasa saya sehabis pulang kantor tiba di rumah langsung duduk bersantai sambil melepas penat. Sepertinya saya sangat enggan untuk membersihkan diri dan langsung shalat.


Sementara anak2 & istri sedang berkumpul di ruang tengah. Dalam kelelahan tadi, saya disegarkan dengan adanya angin dingin sepoi2 yang menghembus tepat di muka saya.


Selang beberapa lama seorang yang tak tampak mukanya berjubah putih dengan tongkat ditangannya tiba2 sudah berdiri di depanku.


Saya sangat kaget dengan kedatangannya yang tiba2 itu. Sebelum sempat bertanya.....siapa dia...tiba2 saya merasa dada saya sesak... sulit untuk bernafas....


namun saya berusaha untuk tetap menghirup udara sebisanya.


Yang saya rasakan waktu itu ada sesuatu yang berjalan pelan2 dari dadaku......terus berjalan..... kekerongkonganku....sakittttttttt........sakit...... rasanya. Keluar airmataku menahan rasa sakitnya,.... Oh Tuhan ! ada apa dengan diriku.....


Dalam kondisi yang masih sulit bernafas tadi, benda tadi terus memaksa untuk keluar dari tubuhku...


kkhh.........khhhh..... kerongkonganku berbunyi. Sakit rasanya, amat teramat sakit


Seolah tak mampu aku menahan benda tadi... Badanku gemetar... peluh keringat mengucur deras.... mataku terbelalak.....air mataku seolah tak berhenti.


Tangan & kakiku kejang2 sedetik setelah benda itu meninggalkan aku. Aku melihat benda tadi dibawa oleh orang misterius itu...pergi...berlalu begitu saja....hilang dari pandangan.


Namun setelah itu.........aku merasa aku jauh lebih Ringan, sehat, segar, cerah... tidak seperti biasanya.


Aku herann... istri & anak2 ku yang sedari tadi ada diruang tengah, tiba2 terkejut berhamburan ke arahku.. Di situ aku melihat ada seseorang yang terbujur kaku ada tepat di bawah sofa yang kududuki tadi. Badannya dingin kulitnya membiru. siapa dia???????... Mengapa anak2 & istriku memeluknya ! sambil menangis... mereka menjerit...histeris ...terlebih istriku seolah tak mau melepaskan orang yang terbujur tadi...


Siapa dia.............????????


Betapa terkejutnya aku ketika wajahnya dibalikkan.... dia........dia.......dia mirip dengan aku....ada apa ini Tuhan...????????


Aku mencoba menarik tangan istriku tapi tak mampu..... Aku mencoba merangkul anak2 ku tapi tak bisa. Aku coba jelaskan kalau itu bukan aku.


Aku coba jelaskan kalau aku ada di sini.. Aku mulai berteriak.....tapi mereka seolah tak mendengarkan aku seolah mereka tak melihatku...


Dan mereka terus-menerus menangis....aku sadar..aku sadar bahwa orang misterius tadi telah membawa rohku Aku telah mati...aku telah mati.


Aku telah meninggalkan mereka ..tak kuasa aku menangis....berteriak......


Aku tak kuat melihat mereka menangisi mayatku. Aku sangat sedih.. selama hidupku belum banyak yang kulakukan untuk membahagiakan mereka. Belum banyak yang bisa kulakukan ! untuk membimbing mereka.


Tapi waktuku telah habis.......masaku telah terlewati.... aku sudah tutup usia pada saat aku

terduduk di sofa setelah lelah seharian bekerja.


Sungguh bila aku tahu aku akan mati, aku akan membagi waktu kapan harus bekerja, beribadah, untuk keluarga dll.


Aku menyesal aku terlambat menyadarinya. Aku mati dalam keadaan belum ibadah.



Ohh Tuhan, JIKA kau ijinkan keadaanku masih hidup dan masih bisa membaca E-mail ini sungguh aku amat sangat bahagia.


Karena aku MASIH mempunyai waktu untuk bersimpuh, mengakui segala dosa & berbuat kebaikan sehingga bila maut menjemputku kelak aku telah berada pada keadaan yang lebih siap.




























Pengantin Bidadari


Diarsipkan di bawah: Artikel, Cerita Cinta, Gambar Islami, Kisah Islami — fisan @ 7:03 am

Pengantin Bidadari



Sebuah roman alegoris
————————-

Sebagai seorang pengantin, wanita lebih cantik dibanding seorang gadis
Sebagai seorang ibu, wanita lebih cantik dibanding seorang pengantin
Sebagai istri dan ibu, ia adalah kata-kata terindah di semua musim
dan dia tumbuh menjadi lebih cantik bertahun-tahun kemudian…

***

Syahdan, di Madinah, tinggallah seorang pemuda bernama Zulebid.
Dikenal sebagai pemuda yang baik di kalangan para sahabat. Juga dalam hal ibadahnya termasuk orang yang rajin dan taat.
Dari sudut ekonomi dan finansial, ia pun tergolong berkecukupan. Sebagai seorang yang telah dianggap mampu, ia hendak melaksanakan sunnah Rasul yaitu menikah.
Beberapa kali ia meminang gadis di kota itu, namun selalu ditolak oleh pihak orang tua ataupun sang gadis dengan berbagai alasan.

Akhirnya pada suatu pagi, ia menumpahkan kegalauan tersebut kepada sahabat yang dekat dengan Rasulullah.
“Coba engkau temui langsung Baginda Nabi, semoga engkau mendapatkan jalan keluar yang terbaik bagimu”, nasihat mereka.

Zulebid kemudian mengutarakan isi hatinya kepada Baginda Nabi. Sambil tersenyum beliau berkata:
“Maukah engkau saya nikahkan dengan putri si Fulan?”
“Seandainya itu adalah saran darimu, saya terima. Ya Rasulullah, putri si Fulan itu terkenal akan kecantikan dan kesholihannya, dan hingga kini ayahnya selalu menolak lamaran dari siapapun.

“Katakanlah aku yang mengutusmu”, sahut Baginda Nabi.
“Baiklah ya Rasul”, dan Zulebid segera bergegas bersiap dan pergi ke rumah si Fulan.

Sesampai di rumah Fulan, Zulebid disambut sendiri oleh Fulan
“Ada keperluan apakah hingga saudara datang ke rumah saya?” Tanya Fulan.

“Rasulullah saw yang mengutus saya ke sini, saya hendak meminang putrimu si A.” Jawab Zulebid sedikit gugup.

“Wahai anak muda, tunggulah sebentar, akan saya tanyakan dulu kepada putriku.”
Fulan menemui putrinya dan bertanya, “bagaimana pendapatmu wahai putriku?”

Jawab putrinya, “Ayah, jika memang ia datang karena diutus oleh Rasulullah saw, maka terimalah lamarannya, dan aku akan ikhlas menjadi istrinya.”

Akhirnya pagi itu juga, pernikahan diselenggarakan dengan sederhana. Zulebid kemudian memboyong istrinya ke rumahnya.
Sambil memandangi wajah istrinya, ia berkata,” duhai Anda yang di wajahnya terlukiskan kecantikan bidadari, apakah ini yang engkau idamkan selama ini? Bahagiakah engkau dengan memilihku menjadi suamimu?”
Jawab istrinya, ” Engkau adalah lelaki pilihan rasul yang datang meminangku. Tentu Allah telah menakdirkan yang terbaik darimu untukku. Tak ada kebahagiaan selain menanti tibanya malam yang dinantikan para pengantin.”

Zulebid tersenyum. Dipandanginya wajah indah itu ketika kemudian terdengar pintu rumah diketuk. Segera ia bangkit dan membuka pintu. Seorang laki-laki mengabarkan bahwa ada panggilan untuk berkumpul di masjid, panggilan berjihad dalam perang.

Zulebid masuk kembali ke rumah dan menemui istrinya.
“Duhai istriku yang senyumannya menancap hingga ke relung batinku, demikian besar tumbuhnya cintaku kepadamu, namun panggilan Allah untuk berjihad melebihi semua kecintaanku itu. Aku mohon keridhoanmu sebelum keberangkatanku ke medan perang.
Kiranya Allah mengetahui semua arah jalan hidup kita ini.”

Istrinya menyahut, “Pergilah suamiku, betapa besar pula bertumbuhnya kecintaanku kepadamu, namun hak Yang Maha Adil lebih besar kepemilikannya terhadapmu. Doa dan ridhoku menyertaimu”

***

Zulebid lalu bersiap dan bergabung bersama tentara muslim menuju ke medan perang. Gagah berani ia mengayunkan pedangnya, berkelebat dan berdesing hingga beberapa orang musuh pun tewas ditangannya. Ia bertarung merangsek terus maju sambil senantiasa mengumandangkan kalimat Tauhi…ketika sebuah anak panah dari arah depan tak sempat dihindarinya. Menancap tepat di dadanya. Zulebid terjatuh, berusaha menghindari anak panah lainnya yang berseliweran di udara. Ia merasa dadanya mulai sesak, nafasnya tak beraturan, pedangnya pun mulai terkulai terlepas dari tangannya. Sambil bersandar di antara tumpukan korban, ia merasa panggilan Allah sudah begitu dekat. Terbayang wajah kedua orangtuanya yang begitu dikasihinya. Teringat akan masa kecilnya bersama-sama saudaranya. Berlari-larian bersama teman sepermainannya. Berganti bayangan wajah Rasulullah yang begitu dihormati, dijunjung dan dikaguminya. Hingga akhirnya bayangan rupawan istrinya. Istrinya yang baru dinikahinya pagi tadi. Senyum yang begitu manis menyertainya tatkala ia berpamitan. Wajah cantik itu demikian sejuk memandangnya sambil mendoakannya. Detik demi detik, syahadat pun terucapkan dari bibir Zulebid. Perlahan-lahan matanya mulai memejam, senyum menghiasinya….Zulebid pergi menghadap Ilahi, gugur sebagai syuhada.

***

Senja datang
Angin mendesau, sepi…
Pasir-pasir beterbangan…
Berputar-putar…

Rasulullah dan para sahabat mengumpulkan syuhada yang gugur dalam perang. Di antara para mujahid tersebut terdapatlah tubuh Zulebid yang tengah bersandar di tumpukan mayat musuh. Akhirnya dikuburkanlah jenazah zulebid di suatu tempat. Berdampingan dengan para syuhada lain.
Tanpa dimandikan…
Tanpa dikafankan…

Tanah terakhir ditutupkan ke atas makam Zulebid.
Rasulullah terpekur di samping pusara tersebut.
Para sahabat terdiam membisu.
Sejenak kemudian terdengar suara Rasulullah seperti menahan isak tangis. Air mata berlinang di dari pelupuk mata beliau
Lalu beberapa waktu kemudian beliau seolah-olah menengadah ke atas sambil tersenyum. Wajah beliau berubah menjadi cerah.
Belum hilang keheranan shahabat, tiba-tiba Rasulullah menolehkan pandangannya ke samping seraya menutupkan tangan menghalangi arah pandangan mata beliau.

Akhirnya keadaan kembali seperti semula.
Para shahabat lalu bertanya-tanya, ada apa dengan Rasulullah.
“Wahai Rasulullah, mengapa di pusara Zulebid engkau menangis?”
Jawab Rasul, “Aku menangis karena mengingat Zulebid. Oo..Zulebid, pagi tadi engaku datang kepadaku minta restuku untuk menikah dan engkau pun menikah hari ini juga. Ini hari bahagia. Seharusnya saat ini Engkau sedang menantikan malam Zafaf, malam yang ditunggu oleh para pengantin.”

“Lalu mengapa kemudian Engkau menengadah dan tersenyum?” Tanya sahabat lagi.
” Aku menengadah karena kulihat beberapa bidadari turun dari langit dan udara menjadi wangi semerbak dan aku tersenyum karena mereka datang hendak menjemput Zulebid,” Jawab Rasulullah.

“Dan lalu mengapa kemudian Engkau memalingkan pandangannya dan menoleh ke samping?” Tanya mereka lagi.

“Aku mengalihkan pandangan menghindar karena sebelumnya kulihat, saking banyaknya bidadari yang menjemput Zulebid, beberapa diantaranya berebut memegangi tangan dan kaki Zulebid. Hingga dari salah satu gaun dari bidadari tersebut ada yang sedikit tersingkap betisnya….”

***
Di rumah, istri Zulebid menanti sang suami yang tak kunjung kembali. Ketika terdengar kabar suaminya telah menghadap sang ilahi Rabbi, Pencipta segala Maha Karya.

Malam menjelang…
Terlelap ia, sejenak berada dalam keadaan setengah mimpi dan dan nyata.
Lamat-lamat ia seperti melihat Zulebid datang dari kejauhan. Tersenyum, namun wajahnya menyiratkan kesedihan pula.
Terdengar Zulebid berkata, “Istriku, aku baik-baik saja. Aku menunggumu disini. Engkaulah bidadari sejatiku. Semua bidadari disini pabila aku menyebut namamu akan menggumamkan cemburu padamu…. “
Dan kan kubiarkan engkau yang tercantik di hatiku.

Istri Zulebid, terdiam.
Matanya basah…
Ada sesuatu yang menggenang disana..
Seperti tak lepas ia mengingat acara pernikahan tadi pagi..
Dan bayangan suaminya yang baru saja hadir..
Ia menggerakkan bibirnya..
“Suamiku, aku mencintaimu…
Dan dengan semua ketentuan Allah ini bagi kita..
Aku ikhlas….

***

Somewhere over the rainbow, way up high
There’s a land that I heard of once on a lullaby
Somewhere over the rainbow, skied are blue
And the dreams that you dare to dream
really do come true..

Dan,
Akan kemanakah kumbang terbang
Pada siapa rindu mendendam
Kekasih yang terkasih
Pencinta dan yang dicinta
Semua berurai air mata
Sedih, ataukah bahagia…..?








Jumat, 08 Agustus 2008

MAKAN ala RASULULLAH


Menu Makanan Cara Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasalam

  • JENIS MAKANAN

Rupanya tanpa kita sadari, dalam makanan yang kita makan sehari-hari, kita tak boleh sembarangan. Hal inilah penyebab terjadinya berbagai penyakit antara lain penyakit kencing manis, lumpuh, sakit jantung, keracunan makanan dan lain2 penyakit.

Diet Rasullulah Sallallahu ‘Alaihi Wasalam menyebabkan beliau Rasullulah Sallallahu ‘Alaihi Wasalam tak pernah sakit perut sepanjang hayatnya karena pandai menjaga makanannya sehari-hari. Insya Allah kalau anda ikut diet Rasullullah ini, anda takkan menderita sakit perut ataupun keracunan makanan.

Jangan makan SUSU bersama DAGING
Jangan makan DAGING bersama IKAN
Jangan makan IKAN bersama SUSU
Jangan makan AYAM bersama SUSU
Jangan makan IKAN bersama TELUR
Jangan makan IKAN bersama DAUN SALAD
Jangan makan SUSU bersama CUKA
Jangan makan BUAH bersama SUSU CTH :- KOKTEL

  • CARA MAKAN

  1. JANGAN MAKAN BUAH SETELAH MAKAN NASI , SEBALIKNYA MAKANLAH BUAH TERLEBIH DAHULU, BARU MAKAN NASI.
  2. TIDUR 1 JAM SETELAH MAKAN TENGAH HARI.
  3. JANGAN SESEKALI TINGGAL UNTUK MAKAN MALAM . BARANG SIAPA YG TINGGAL UNTUK MAKAN MALAM DIA AKAN DIMAKAN USIA DAN KOLESTEROL DALAM BADAN AKAN BERGANDA. (maksudnya, jangan makan malam)Dalam kitab juga melarang kita makan makanan darat bercampur dengan makanan laut. Nabi pernah mencegah kita makan ikan bersama susu. karena akan cepat mendapat penyakit. Ini terbukti oleh ilmuwan yang menemukan bahwa dalam daging ayam mengandung ion+ sedangkan dalam ikan mengandung ion-, jika dalam makanan kita ayam bercampur dengan ikan maka akan terjadi reaksi biokimia yang akan dapat merusak usus kita.

Al-Quran Juga mengajarkan kita menjaga kesehatan spt membuat
amalan antara lain:

  1. Mandi Pagi sebelum subuh, sekurang kurangnya sejam sebelum matahari terbit. Air sejuk yang meresap kedalam badan dapat mengurangi penimbunan lemak. Kita boleh saksikan orang yang mandi pagi kebanyakan badan tak gemuk.
  2. Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasalam mengamalkan minum segelas air sejuk (bukan air es) setiap pagi. Mujarabnya Insya Allah jauh dari penyakit (susah mendapat sakit).
  3. Waktu sembahyang subuh disunatkan kita bertafakur (yaitu sujud sekurang kurangnya semenit setelah membaca doa). Tafakur sesaat seperti 70 tahun ibadah nilainya.
  4. Kita akan terhindar dari sakit kepala atau migrain. Ini terbukti oleh para ilmuwan yang membuat kajian kenapa dalam sehari perlu kita sujud. Ahli-ahli sains telah menemui beberapa milimeter ruang udara dalam saluran darah di kepala yg tidak dipenuhi darah. Dengan bersujud maka darah akan mengalir keruang tersebut.
  5. Nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasalam juga mengajar kita makan dengan tangan dan bila habis hendaklah menjilat jari. Begitu juga ahli saintis telah menemukan bahwa enzyme banyak terkandung di celah jari jari, yaitu 10 kali ganda terdapat dalam air liur. (enzyme sejenis alat percerna makanan)
  • SUNAH CARA MAKAN MENURUT NABI Sallallahu ‘Alaihi Wasalam :
  1. Makan garam secuil sebelum makan untuk menolak 70 macam penyakit, dan ambil lagi secuil dengan jari manis tangan kanan setelah makan. Makanlah dengan tangan kanan tanpa sendok. Sebaiknya kita yang menunggu makanan dan bukan makanan yang menunggu.
  2. Berdoa sebelum dan setelah makan. Cuci tangan. Dan minum dengan memegang gelas dengan tangan kanan, meskipun tangan tersebut bekas kuah.
  3. Duduk dibawah, bukan di bangku dan dimulai dari pinggir dan terakhir ketengah. Baik sekali makan berjamaah bersama keluarga, maupun teman. Seperti ketika haji atau buka puasa bersama di Masjid dalam satu nampan bisa untuk empat orang.
  4. Jangan sisakan sebutir nasipun, karena nasi ini berdzikir.